STRATEGI PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DALAM REBRANDING KAWASAN WISATA TAMAN BALEKAMBANG

Authors

  • Christina Nur Wijayanti Universitas Surakarta
  • Stevani Andhika Sekar Rani Universitas Surakarta

DOI:

https://doi.org/10.56910/nawasena.v1i3.368

Keywords:

Taman Balekambang, lokalisasi, rebranding

Abstract

Kota Surakarta atau yang akrab disebut Kota Solo merupakan kota yang kental akan kebudayaan, dimana terdapat banyak sekali cagar budaya merupakan peninggalan pada saat masa pemerintahan kerajaan masih berlangsung. Saat ini tercatat ada 172 benda dan kawasan yang termasuk Cagar Budaya Solo. Salah satu cagar budaya yakni Taman Balekambang yang didirikan oleh KGPAA Mangkunegaran VII tahun 1921. Taman ini banyak mengalami proses alih fungsi lahan hingga pada awal tahun 2000 menjadi suatu keprihatinan tersendiri bagi kawasan ini. Alih-alih sebagai tempat pertunjukan kethoprak, banyak berdiri tempat hiburan malam, lokalisasi dan rumah semi permanen di dalamnya. Hal ini berlangsung cukup lama sehingga membuat Taman Balekambang terlihat kotor dan kumuh. Sejak saat itu citra Taman Balekambang menjadi negatif dan memunculkan opini publik bahwasannya aktivitas dalam taman ini tidak sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji strategi rebranding yang dilakukan oleh Pemkot Surakarta untuk mengembalikan citra positif Taman Balekambang di mata publik. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi dan analisa data menggunakan teknik analisa data interaktif. Berdasarkan hasil analisis, Pemerintah Kota Surakarta pada tahun 2008 memiliki rancangan untuk merevitalisasi taman ini dengan merelokasi, membangun kembali, membentuk tim pengelola dan juga menyiarkan kabar melalui berbagai media massa seperti televisi, majalah, koran, radio bahkan juga sosial media. Melalui usaha inilah pemerintah Kota Surakarta membangun branding yang positif Taman pada Balekambang. Reputasi masih perlu dipertahankan dengan cara terus memperbaiki fasilitas dan pelayanan di Taman Balekambang.

 

Kata kunci: , , 

References

Basri, H. (2014). “Using qualitative research in accounting and management studies: not a new agenda”. Journal of US-China Public Administration. Vol.11, No.10.

Himawan, T., Pujihartati, H. (2019). “Eksistensi Ketoprak Balekambang Sebagai Salah Satu Bentuk Pelestarian Budaya Jawa Di Kota Surakarta”. Journal of Development and Social Change. Vol. 2, No.1

Herdiansyah, Haris. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Imansari, N., Khadiyanta, P. (2015). “Penyediaan Hutan Kota dan Taman Kota sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik Menurut Preferensi Masyarakat di Kawasan Pusat Kota Tangerang”. Journal RUANG. Vol. 1. No 3.

Panjawa, Jihad Lukis., Prabowo, Jalu Aji. (2019). “Perspektif Masyarakat Terkait Penyediaan Taman Kota sebagai Ruang Publik Menggunakan GAP Analisys (Studi Kasus Taman Balekambang Surakarta)”. Magelang. Universitas Tidar

Susilo, Agung. (2013). Pembentukan Citra Taman Balekambang Surakarta Sebagai Taman Seni dan Budaya. Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Wijayanti, C. N. (2020). Strategi Integrated Marketing Communication (IMC) Sekolah Musik Indonesia sebagai Sekolah Musik Berbasis Teknologi. Jurnal Ilmu Komunikasi Progressio, 1(1), 1–10.

Downloads

Published

2022-12-30

How to Cite

Christina Nur Wijayanti, & Stevani Andhika Sekar Rani. (2022). STRATEGI PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DALAM REBRANDING KAWASAN WISATA TAMAN BALEKAMBANG. NAWASENA : Jurnal Ilmiah Pariwisata, 1(3), 10–19. https://doi.org/10.56910/nawasena.v1i3.368